IGOS: Harapan atau Sekadar Janji Kosong?

Belakangan ini, ada desakan dari pemerintah agar komunitas open source Indonesia makin aktif dan serius. Salah satunya datang dari Menteri Komunikasi dan Informatika, Sofyan A. Djalil, yang sempat menantang, “Bisakah kita jadikan ini bisnis, bukan sekadar hobi?” Pernyataan ini muncul setelah polemik perjanjian dengan Microsoft mencuat. Desakan ini membawa angin segar, tapi di sisi lain juga memunculkan banyak tanda tanya: realistis nggak sih harapan ini, apalagi mengingat minimnya dukungan konkret dari pemerintah?

Realitas di Lapangan: Dari Semangat ke Keterbatasan

Kalau kita lihat kenyataan, banyak penggiat open source di Indonesia yang semangat mengembangkan proyek mereka, meski kebanyakan dari mereka cuma bisa mengerjakannya sebagai hobi. Kondisi ini bisa dimaklumi. Tanpa dukungan yang signifikan, sulit rasanya buat open source berkembang sebagai bisnis yang stabil dan berkelanjutan. Apalagi, di Indonesia, software komersial masih mendominasi. Jadi, pertanyaannya: seberapa menarik open source ini buat bisnis, mengingat lingkungan yang masih bergantung pada produk-produk berlisensi?

Pemerintah dan Keengganan yang Tak Kunjung Usai

Keengganan pemerintah buat mengadopsi open source secara menyeluruh jelas kelihatan. Mungkin banyak yang anggap ini pendapat pribadi, tapi kalau kita lihat di lapangan, komunitas open source emang masih terbentur banyak hambatan. Salah satu masalah utamanya adalah minimnya niat tulus pemerintah untuk benar-benar memberikan dukungan nyata.

Adopsi teknologi baru memang butuh waktu, tapi keteladanan dari pemerintah itu penting. Misalnya, pemerintah bisa mulai lebih aktif pakai open source di lembaga-lembaga resminya. Tanpa ada contoh nyata, seluruh ekosistem open source di Indonesia bakal terus jalan di tempat. Padahal, kalau dimanfaatkan dengan serius, open source ini punya potensi besar.

Perkembangan Open Source di Indonesia: Pelan tapi Pasti?

Memang kalau dilihat sepintas, komunitas open source di Indonesia makin lama makin kelihatan. Di banyak daerah, mulai banyak seminar, pelatihan, dan kegiatan berbasis open source. Komunitasnya juga makin ramai. Tapi, seberapa besar sih pengaruh open source di Indonesia? Dan seberapa cepat perkembangannya dibanding software komersial?

Kenyataannya, di dunia pendidikan, kita masih jauh dari open source. Banyak sekolah yang fokus ngajarin siswa pakai Microsoft Word, Excel, atau Windows. Ujian nasional pun nggak jauh-jauh dari software-software berlisensi. Buat apa siswa diajar Linux atau OpenOffice kalau nggak pernah diuji di sekolah? Ini bikin siswa dan guru males buat belajar software open source karena dari sisi praktisnya nggak ada manfaat langsung.

Tantangan di Dunia Kerja: Siapa yang Siap Pakai Open Source?

Kondisi yang sama ada di dunia kerja. Banyak perusahaan yang tetap setia pakai software berlisensi. Buat mereka, ngapain repot-repot pindah ke open source kalau software yang dibutuhin tetap software komersial? Buat programmer, apa menariknya bikin software untuk Linux kalau target pasar tetap software proprietary? Alhasil, komunitas open source di Indonesia tetap terjebak di jalur “underground” tanpa bisa berkembang lebih luas.

Tanpa dukungan nyata, mereka terpaksa bergerak pelan. Bayangin aja, berapa lama waktu yang dibutuhkan buat open source bisa bersaing secara adil tanpa bantuan? Apa perlu revolusi teknologi dulu biar pemerintah mulai buka mata dan ngasih dukungan serius?

IGOS: Niat Baik tapi Terlihat Setengah Hati

Salah satu contoh ketidakseriusan pemerintah adalah program IGOS (Indonesia Go Open Source!). Niatnya bagus, pengin dorong Indonesia mandiri secara teknologi dengan open source. Tapi realisasinya? Banyak yang ngelihat program ini sebagai proyek yang setengah hati. Seberapa besar sih dukungan pemerintah terhadap komunitas open source di balik IGOS ini?

Contoh nyatanya bisa kita lihat di situs IGOS yang jadi pusat informasi open source Indonesia. Alih-alih jadi etalase, situs ini pernah diisi iklan-iklan nggak pantas, bahkan sempat memuat iklan situs dewasa! Hal ini tentu tamparan keras buat pemerintah yang katanya mendukung open source, tapi nggak bisa ngurus situs resmi programnya sendiri.

Apa yang Harus Dipikirkan Pemerintah?

Pada akhirnya, kalau pemerintah serius mau dorong open source, mereka harus kasih komitmen nyata. Tanpa keteladanan, dukungan, dan kebijakan jelas, komunitas open source di Indonesia bakal jalan di tempat. Potensi besar yang ada dalam komunitas ini akan terus terpendam tanpa bisa berkembang maksimal.

Kamu mungkin juga menyukai

3 Komentar

  1. Assalamu’alaykum.
    Numpang lewat, Bang.
    Screenshoot-nya koq raib ya, Bang?
    Hedeh, merana sekali produk lokal hasil pikir anak bangsa …. ati-ati Bang, banyak istighfar sebelum ngebut plus nyemplung kali (duh ga nyambung).
    Makasih Bang, sekali lagi numpang nampang … he he he (sambil pelintir kumis).
    Wassalamu’alaykum.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *