Baru-baru ini, saya membaca artikel menarik di Detikinet tentang sikap beberapa Direktur Utama (Dirut) perusahaan yang terlihat “cuek” soal software bajakan. Jadi gini, seringkali mereka nggak sadar atau bahkan terkejut saat tahu perusahaan mereka pakai software tanpa lisensi. Alasan klasik yang sering terdengar adalah, “Itu urusan tim IT!” Seolah-olah, mereka nggak punya tanggung jawab sama sekali.
Komisaris Besar Polisi Dr. Edi Wardojo, dari Unit INDAGBARESKRIM Polri, bilang kalau situasi ini bukan hal aneh. Banyak pimpinan perusahaan beranggapan bahwa instalasi perangkat lunak murni tugas tim IT. Akhirnya, mereka cenderung lepas tangan soal pengelolaan software di perusahaan. Tapi, celah ini sebenarnya bisa bikin perusahaan jadi sasaran empuk untuk sweeping software bajakan, apalagi kalau sudah berurusan dengan pihak berwenang.
Tantangan Tim IT yang Sering Terpinggirkan
Nah, dari sisi tim IT, peran mereka ini juga nggak gampang. Mereka sering dihadapkan dengan tantangan anggaran yang minim. Ketika mereka mengajukan proposal untuk beli lisensi software legal atau upgrade infrastruktur IT, jawaban yang didapat biasanya soal biaya yang dianggap terlalu tinggi atau anggapan bahwa software itu cuma “tambahan” untuk operasional. Padahal, perangkat lunak legal itu penting, bukan cuma demi kepatuhan hukum, tapi juga demi keamanan data perusahaan.
Tapi, anehnya, kalau sampai ketahuan ada software bajakan di perusahaan, bos-bos ini buru-buru cari aman. Tanggung jawab langsung dilempar ke tim IT, dengan alasan klasik, “Itu urusan IT, bukan saya.” Jawaban yang, jujur aja, bikin jengkel.
Perusahaan Besar Juga Ikut-ikutan
Yang bikin kaget, fenomena ini nggak cuma terjadi di perusahaan kecil lho, tapi juga di perusahaan besar. Intinya, ini bukan cuma soal ketidaktahuan tentang pentingnya software legal. Tapi lebih ke masalah tanggung jawab yang kayaknya nggak disadari sepenuhnya. Padahal, kalau ada masalah hukum, risiko buat perusahaan juga makin besar. Jadi, antara IT dan manajemen harusnya ada koordinasi yang kuat, terutama soal kebijakan perangkat lunak.
Kondisi yang ada sekarang seperti menempatkan administrator IT dalam posisi sulit. Bayangkan aja, mereka disuruh menjaga agar sistem perusahaan tetap lancar, tapi tanpa dukungan anggaran yang memadai buat beli software asli. Kalau mau legal, butuh biaya tinggi, tapi nggak di-approve. Akhirnya, ya terpaksa nyari jalan pintas, pakai software bajakan demi memastikan operasional nggak berhenti. Ironisnya, ketika masalah muncul, mereka yang pertama kali kena imbasnya.
Mengapa Banyak Perusahaan Masih Meremehkan IT?
Ini nih yang jadi tanda tanya. Kenapa masih banyak perusahaan yang belum sepenuhnya menghargai peran tim IT? Mereka bisa dibilang tulang punggung operasional, tapi kalau ada kebutuhan upgrade atau pemeliharaan, sering banget dilupakan. Gap komunikasi antara manajemen dan IT ini nggak bisa dibiarkan, terutama di zaman yang makin bergantung pada teknologi kayak sekarang.
Para pimpinan perusahaan juga perlu sadar, investasi di lisensi software itu nggak cuma soal patuh hukum, tapi buat jaga keamanan bisnis juga. Pakai software bajakan jelas lebih riskan: ada ancaman malware, kebocoran data, bahkan serangan ransomware yang bisa bikin operasional perusahaan lumpuh total. Masih mau ambil risiko dengan software bajakan?
Solusi: Kebijakan Software yang Transparan dan Terintegrasi
Sebenarnya, solusi yang lebih bijak adalah dengan membangun kebijakan software yang jelas dan melibatkan semua pihak—dari manajemen, IT, sampai karyawan lainnya. Pimpinan perusahaan harusnya paham kalau dukungan mereka di bidang IT itu penting buat keberlangsungan bisnis. Gunakan software legal, itu harus jadi prioritas, dan memang butuh komitmen anggaran yang layak. Jangan sampai karena penghematan sesaat, malah jadi masalah di masa depan.
Buat para pimpinan perusahaan yang masih cenderung “cuek” soal ini, udah saatnya berubah. Investasi di bidang IT bukan cuma sekadar pengeluaran, tapi kebutuhan yang mendesak untuk menjaga agar bisnis tetap jalan lancar, aman, dan tentu saja sesuai dengan aturan hukum. Yuk, jangan ragu buat berinvestasi di IT. Jangan sampai karyawan yang udah kerja keras malah jadi korban gara-gara kebijakan software yang setengah hati.